Kamis, 06 Agustus 2015

Potensi Pengaruh ISIS di Indonesia


ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau juga disebut Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) merupakan kelompok militan jihad yang bertujuan mendirikan negara Islam di wilayah negara Irak dan Suriah. Kelompok ini awalnya merupakan perkembangan dari beberapa kelompok pemberontak sunni seperti Al-Qaeda di Irak (AQI), Front Al Nusra, Dewan Syuro Mujahidin dan  sejumlah suku sunni di Irak. Namun dalam perkembangannya ISIS dianggap tidak sejalan dengan Al-Qaeda serta berbelok dari misi perjuangan Al-Qaeda dan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah. Karena hal tersebut, Front AL Nusra kemudian melakukan penyerangan kepada ISIS untuk merebut kembali kontrol atas wilayah Suriah, namun karena kebringasannya, ISIS malah dapat menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah dan mendeklarasikan negara Islam di wilayah tersebut dengan Abu Bakar Al-Baghdadi sebagai pemimpinnya.
ISIS begitu cepat dikenal dunia karena memiliki interpretasi atau tafsir keras pada Islam dan melakukan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri dan perampokan bank. Target dari serangan ISIS adalah masyarakat Kristen dan Muslim Syiah di wilayah Irak dan Suriah serta kelompok-kelompok yang berusaha menghalangi kegiatan ISIS. ISIS mewajibkan masyarakat Irak dan Suriah baik Muslim maupun Kristen untuk berbaiat kepada ISIS, jika tidak mau berbaiat maka akan di eksekusi dengan cara dipenggal.
Selain mengeksekusi warga Irak dan Suriah yang tidak mau berbaiat, ISIS juga mengeksekusi beberapa wartawan internasional yang meliput karena dianggap sebagai mata-mata. ISIS menebarkan teror dengan mengunggah video-video eksekusi terhadap orang-orang yang dianggap sebagai musuh ISIS ke internet.
Sistem perekrutan ISIS dengan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau negara-negara yang jaraknya jauh seperti negara-negara Eropa, Amerika dan Asia termasuk Indonesia. Terbukti cara yang dipakai oleh ISIS sangat efektif untuk merekrut anggota karena diperkirakan lebih dari 20.000 relawan asing telah bergabung dengan ISIS. ISIS memberi iming-iming gaji serta fasilitas rumah bagi para relawan yang mau bergabung dengan ISIS.
Di Indonesia sendiri sudah lebih dari 300 orang WNI bergabung menjadi relawan ISIS. Ada yang berangkat dari Indonesia kemudian melalui Turki dan masuk ke Suriah, namun ada juga WNI yang berangkat dari Timur Tengah. Motivasi Para WNI yang berangkat ke Suriah untuk menjadi relawan ISIS adalah alasan ekonomi. Kebanyakan dari mereka adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, mereka menjual rumah dan tanah serta harta benda yang dimiliki di Indonesia untuk digunakan sebagai biaya berangkat ke suriah bersama keluarga dan anak istri. Mereka berharap di Suriah diberi rumah dan pekerjaan dengan gaji tinggi tidak seperti di Indonesia.
Selain karena faktor ekonomi, motivasi para WNI yang ingin bergabung dengan ISIS adalah keinginan untuk mengikuti perang akhir zaman seperti yang dijanjikan dalam hadist. Para simpatisan menganggap bahwa konflik di Suriah tersebut merupakan tahap awal dari perang yang dijanjikan dalam hadist tersebut.
Mudahnya bergabung untuk berjihad bersama ISIS di Suriah berimbas kepada banyaknya WNI dengan usia 20an yang mencoba tantangan baru dengan berjihad. Mereka masih dalam tingkat amatir dan belum memiliki bekal ideologi yang kuat. Tapi di Suriah mereka pasti akan mendapatkan banyak ilmu ideologi, keterampilan militer, koneksi ke pasar gelap persenjataan. Hal tersebut bagaikan “bom waktu” bagi Indonesia karena jika mereka kembali ke Indonesia, ilmu yang mereka dapat di Suriah akan di aplikasikan dan di sebarkan ke jihadis di Indonesia yang belum berkesempatan untuk berjihad di timur tengah.
Bahkan para jihadis ISIS yang akan kembali ke Indonesia ini akan lebih banyak dan berbahaya dibanding jihadis yang pernah berperang di Afghanistan. Pada saat Afghanistan dulu, para jihadis Indonesia yang akan berangkat ke Afghanistan merupakan mujahid yang “terpilih” karena harus melalui rekomendasi dari Abdullah Sungkar untuk dapat ikut berperang ke Afghanistan. Berbeda dengan sekarang, siapapun dapat bergabung untuk berjihad bersama ISIS, sehingga jumlah mujahidin pun pasti jauh lebih banyak daripada di Afghanistan.
Para alumni Afghanistan saja dapat melakukan begitu banyak aksi teror di Indonesia seperti Bom Bali I dan II, Bom Kedubes Australia, Bom JW Marriot dan aksi teror lainnya. Apa yang akan dilakukan para alumni ISIS yang kembali ke Indonesia ? Hal tersebut merupakan tugas aparat berwenang seperti POLRI, BIN, BNPT dll untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan agar para alumni ISIS tidak melakukan aksi teror di Indonesia seperti yang dilakukan oleh alumni Afghanistan.
Selain itu, pernyataan Abu Bakar Ba’asyir yang memerintahkan mujahidin untuk berjihad di Poso jika tidak mampu berjihad di Suriah. Hal tersebut membuat banyak mujahid yang tidak mampu berjihad di Suriah untuk berbondong-bondong bergabung dengan jaringan Santoso di Poso untuk melakukan jihad di sana.
Aparat pemerintah harus saling bekerja sama untuk menangkal pengaruh ISIS di Suriah yang dapat merembet ke Indonesia. Jangan sampai terjadi aksi-aksi teror kembali seperti yang terjadi sepuluh tahun belakangan ini. Pemerintah harus memastikan tidak ada lagi WNI yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS dan mengusahakan WNI yang sudah berganung dengan ISIS tidak kembali lagi ke Indonesia. Selainitu, pemerintah juga harus mencabut kewarganegaraan WNI yang bergabung dengan ISIS agar mereka tidak kembali ke Indonesia dan berpotensi melakukan aksi teror di Indonesia.