ISIS (Islamic State of
Iraq and Syria) atau juga
disebut Islamic State of Iraq and the Levant
(ISIL) merupakan kelompok
militan jihad yang bertujuan mendirikan negara Islam di wilayah negara Irak dan
Suriah. Kelompok ini awalnya merupakan perkembangan dari beberapa kelompok
pemberontak sunni seperti Al-Qaeda di Irak (AQI), Front Al Nusra, Dewan Syuro
Mujahidin dan sejumlah suku sunni di
Irak. Namun dalam perkembangannya ISIS dianggap tidak sejalan dengan Al-Qaeda
serta berbelok dari misi perjuangan Al-Qaeda dan menciptakan perang sektarian
di Irak dan Suriah. Karena hal tersebut, Front AL Nusra kemudian melakukan
penyerangan kepada ISIS untuk merebut kembali kontrol atas wilayah Suriah,
namun karena kebringasannya, ISIS malah dapat menguasai sebagian besar wilayah
Irak dan Suriah dan mendeklarasikan negara Islam di wilayah tersebut dengan Abu
Bakar Al-Baghdadi sebagai pemimpinnya.
ISIS begitu cepat dikenal dunia karena memiliki
interpretasi atau tafsir keras pada Islam dan melakukan kekerasan brutal
seperti bom bunuh diri dan perampokan bank. Target dari serangan ISIS adalah
masyarakat Kristen dan Muslim Syiah di wilayah Irak dan Suriah serta
kelompok-kelompok yang berusaha menghalangi kegiatan ISIS. ISIS mewajibkan masyarakat
Irak dan Suriah baik Muslim maupun Kristen untuk berbaiat kepada ISIS, jika
tidak mau berbaiat maka akan di eksekusi dengan cara dipenggal.
Selain mengeksekusi warga Irak dan Suriah yang tidak
mau berbaiat, ISIS juga mengeksekusi beberapa wartawan internasional yang
meliput karena dianggap sebagai mata-mata. ISIS menebarkan teror dengan
mengunggah video-video eksekusi terhadap orang-orang yang dianggap sebagai
musuh ISIS ke internet.
Sistem perekrutan ISIS dengan memanfaatkan media sosial
untuk menjangkau negara-negara yang jaraknya jauh seperti negara-negara Eropa,
Amerika dan Asia termasuk Indonesia. Terbukti cara yang dipakai oleh ISIS
sangat efektif untuk merekrut anggota karena diperkirakan lebih dari 20.000
relawan asing telah bergabung dengan ISIS. ISIS memberi iming-iming gaji serta
fasilitas rumah bagi para relawan yang mau bergabung dengan ISIS.
Di Indonesia sendiri sudah lebih dari 300 orang WNI
bergabung menjadi relawan ISIS. Ada yang berangkat dari Indonesia kemudian
melalui Turki dan masuk ke Suriah, namun ada juga WNI yang berangkat dari Timur
Tengah. Motivasi Para WNI yang berangkat ke Suriah untuk menjadi relawan ISIS
adalah alasan ekonomi. Kebanyakan dari mereka adalah masyarakat dengan tingkat
ekonomi rendah, mereka menjual rumah dan tanah serta harta benda yang dimiliki
di Indonesia untuk digunakan sebagai biaya berangkat ke suriah bersama keluarga
dan anak istri. Mereka berharap di Suriah diberi rumah dan pekerjaan dengan
gaji tinggi tidak seperti di Indonesia.
Selain karena faktor ekonomi, motivasi para WNI yang
ingin bergabung dengan ISIS adalah keinginan untuk mengikuti perang akhir zaman
seperti yang dijanjikan dalam hadist. Para simpatisan menganggap bahwa konflik
di Suriah tersebut merupakan tahap awal dari perang yang dijanjikan dalam hadist
tersebut.
Mudahnya bergabung untuk berjihad bersama ISIS di
Suriah berimbas kepada banyaknya WNI dengan usia 20an yang mencoba tantangan
baru dengan berjihad. Mereka masih dalam tingkat amatir dan belum memiliki
bekal ideologi yang kuat. Tapi di Suriah mereka pasti akan mendapatkan banyak
ilmu ideologi, keterampilan militer, koneksi ke pasar gelap persenjataan. Hal
tersebut bagaikan “bom waktu” bagi Indonesia karena jika mereka kembali ke
Indonesia, ilmu yang mereka dapat di Suriah akan di aplikasikan dan di sebarkan
ke jihadis di Indonesia yang belum berkesempatan untuk berjihad di timur
tengah.
Bahkan para jihadis ISIS yang akan kembali ke
Indonesia ini akan lebih banyak dan berbahaya dibanding jihadis yang pernah
berperang di Afghanistan. Pada saat Afghanistan dulu, para jihadis Indonesia
yang akan berangkat ke Afghanistan merupakan mujahid yang “terpilih” karena
harus melalui rekomendasi dari Abdullah Sungkar untuk dapat ikut berperang ke
Afghanistan. Berbeda dengan sekarang, siapapun dapat bergabung untuk berjihad
bersama ISIS, sehingga jumlah mujahidin pun pasti jauh lebih banyak daripada di
Afghanistan.
Para alumni Afghanistan saja dapat melakukan begitu
banyak aksi teror di Indonesia seperti Bom Bali I dan II, Bom Kedubes
Australia, Bom JW Marriot dan aksi teror lainnya. Apa yang akan dilakukan para
alumni ISIS yang kembali ke Indonesia ? Hal tersebut merupakan tugas aparat
berwenang seperti POLRI, BIN, BNPT dll untuk melakukan upaya-upaya yang
diperlukan agar para alumni ISIS tidak melakukan aksi teror di Indonesia
seperti yang dilakukan oleh alumni Afghanistan.
Selain itu, pernyataan Abu Bakar Ba’asyir yang
memerintahkan mujahidin untuk berjihad di Poso jika tidak mampu berjihad di
Suriah. Hal tersebut membuat banyak mujahid yang tidak mampu berjihad di Suriah
untuk berbondong-bondong bergabung dengan jaringan Santoso di Poso untuk
melakukan jihad di sana.
Aparat pemerintah harus saling bekerja sama untuk
menangkal pengaruh ISIS di Suriah yang dapat merembet ke Indonesia. Jangan
sampai terjadi aksi-aksi teror kembali seperti yang terjadi sepuluh tahun
belakangan ini. Pemerintah harus memastikan tidak ada lagi WNI yang berangkat
ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS dan mengusahakan WNI yang sudah berganung
dengan ISIS tidak kembali lagi ke Indonesia. Selainitu, pemerintah juga harus
mencabut kewarganegaraan WNI yang bergabung dengan ISIS agar mereka tidak
kembali ke Indonesia dan berpotensi melakukan aksi teror di Indonesia.